Oleh Armansyah Skom ”Islamic Network” (www. isnet .org).
Bismilahirrahmanirrahim.
Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan menurut ajaran Islam adalah dalam pengertian maupun sifat seperti apapun. Islam tidak menyetujui konsep Inkarnasi dimana Tuhan bisa menjelma menjadi makhluk. Dalam ajaran Islam, Tuhan tidak pernah terlahir ataupun hadir dalam bentuk daging seperti yang didoktrinkan oleh ajaran Kristen terhadap Yesus Kristus.
Menyangkut penggunaan isitilah Wallad dalam bahasa al-Qur’an yang diterjemahkan sebagai anak biologis Tuhan, sebenarnya tidak menyimpang dari kenyataan yang berlaku didunia Kristen itu sendiri sehubungan dengan status Yesus.
Bahwa ayat-ayat Perjanjian Baru sendiri memberikan kesaksian tentang doktrin kedagingan Yesus sebagai bagian dari ilahiahnya adalah sebuah fakta yang membenarkan penggunaan istilah Wallad oleh al-Qur’an:
Mari kita baca Kisah Para Rasul 2:31 : “Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan”.
Ketika kemudian ada pihak Kristen menyangkal bahwa penunjukan Allah dalam al- Qur’an terhadap adanya makna anak biologis terhadap Yesus oleh kaum Kristiani adalah sesuatu yang salah, maka secara otomatis orang- orang seperti ini telah mengingkari akan konsepsi ketuhanan dalam wujud daging yang diperanakkan oleh manusia (artinya daging diperanakkan oleh daging) yang lalu dagingnya itu sendiri kekal (tidak menjadi binasa).
Al-Qur’an sama sekali tidak bercerita mengenai adanya hubungan seksual antara Tuhan dengan Maria, bahkan dalam kasus awal dari kehamilan perawan suci itu sendiripun al-Qur’an memberikan kesaksian pula bahwa semua itu sama sekali tidak melibatkan Allah secara langsung, artinya al-Qur’an sebagaimana juga dengan ayat-ayat Perjanjian Baru, menceritakan bahwa hamilnya Maryam didahului oleh datangnya malaikat Jibril untuk menyampaikan apa yang sudah dikehendaki Allah kepadanya, yaitu mengandung tanpa adanya percampuran dengan laki-laki ( Parthenogenesis ), dengan demikian tuduhan bahwa al- Qur’an menganggap Maryam sebagai permaisuri Tuhan dan Yesus adalah anak biologis hasil persetubuhan Tuhan dengan Maryam sama sekali diluar konteks pembicaraan al-Qur’an yang benar.
Konsep “Kun Faya kun” didalam teologi Islam memiliki relasi jelas dengan hukum-hukum kausalitas yang berlaku sehingga segala sesuatunya terjadi dengan proses-proses yang alamiah sehingga dengan semua tahapan-tahapan panjang tersebut kehendak Allah tetap terjadi. Baik Islam atau Kristen, keduanya tidak menolak doktrin kemahakuasaan Tuhan diatas segala-galanya, namun keduanya juga sepakat bahwa keberadaan Isa al-Masih atau Yesus diatas dunia ini melalui tahapan- tahapan persalinan dan kehamilan yang wajar oleh seorang wanita sebagaimana halnya wanita-wanita lain diatas dunia ini, begitupula misalnya dengan terjadinya alam semesta, kedua agama sepakat bahwa alam semesta tidak dijadikan Allah dengan sekali jadi tanpa adanya tahapan yang panjang.; Kedua contoh ini hanya segelintir dari fakta-fakta bahwa Tuhanpun dibalik doktrinal serba Maha-Nya tetap bermain diatas hukum-hukum alam yang Dia buat sendiri.
Maha Segala-galanya apakah bisa berarti bebas bertindak suka-suka tanpa ada keteraturan, tanpa ada keseimbangan dan tanpa ada tujuan serta hikmah pembelajaran dibaliknya ? Kalau memang sesuatu itu sudah menjadi rencana Allah, maka pasti akan terjadi dengan sendirinya tanpa ada satupun yang bisa menghalanginya tanpa Dia sendiri harus bertindak suka- suka dengan doktrin kemaha kuasaan-Nya.
1 Korintus 14:33 Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan …
Ini, adalah sesuatu yang make sense buat siapapun, dengan demikian maka semuanya menimbulkan satu pembelajaran kepada manusia terhadap nilai-nilai kebenaran, sebab kebenaran itu sendiri tidak mungkin sesuatu yang bersifat kacau dan tidak teratur. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan,
untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. 2 Timotius 3:16
Isa al-Masih dalam Islam disebut sebagai Kalimat Allah yang diberikan kepada Maryam.Ini tidak berarti bahwa Isa Al-Masih adalah sabda alias firman yang menjelma menjadi manusia dalam pengertian Tuhan mewujud kebentuk manusia melalui perawan maria.
Isa = Kalimat Allah adalah berarti kehadiran dan kelahiran beliau as sebagai ketetapan Allah terhadap Maryam ( surah 3 Ali Imron 5 )
Lebih jauh, dalam hal pembahasan istilah ” Kalimat ” didalam al-Qur’an, terdapat beberapa kategori :
1. “Kalimat” bisa berartikan “Ujian” ; Dasarnya adalah al- Qur’an Surah al-Baqarah (2) ayat ke-124 :“Dan tatkala Ibrahim DIUJI oleh Tuhannya dengan beberapa UJIAN, maka dilaksanakannya dengan sempurna.”
Konteks ayat diatas dalam bahasa al-Qur’an-nya adalah :
“Wa ‘idzibtala Ibrahim marobbuhu bi KALIMATI faatammahunna …”
2. “Kalimat” bisa berartikan “Ketetapan” ; Dasarnya adalah al-Qur’an Surah az-Zumar (39) ayat ke-71 : “Tetapi berlakulah ketetapan siksa atas orang-orang kafir”
Konteks ayat diatas dalam bahasa al-Qur’an-nya adalah :
“Qolu bala walakin haqqot KALIMAT alazabi ‘alal kafirin” Lebih jauh lagi, al-Qur’an secara langsung mengadakan pembantahan mengenai status
keTuhanan ‘Isa putra Maryam ini melalui ayat :
“Hai Ahli Kitab ! Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu berkata atas Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya al-Masih, ‘Isa putera Maryam itu, tidak lain melainkan utusan Allah dan Kalimah-Nya yang Dia berikan kepada Maryam dengan tiupan ruh daripadaNya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu berkata: “Tritunggal”, Hentikanlah ! Baik bagimu. Allah itu adalah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Dia dari mempunyai anak, kepunyaanNya-lah semua yang dilangit dan semua yang dibumi; Cukuplah Allah sebagai Pelindung.” (QS. 4:171)
Sehingga nyatalah keterangan al-Qur’an dalam hal ini bahwa Kalimatullah itu tidak berarti Allah itu sendiri sebagaimana yang tertulis dalam Yohanes 1:1-3 dan 1:14 dan al-Qur’an sama sekali tidak mendukung doktrin keTuhanan ‘Isa al- Masih.
Adapun juga kalimat “peniupan ruh daripadaNya” sebagaimana yang telah terjadi pada Maryam itu pada konteks ayat diatas adalah sama kejadiannya dengan tiupan ruh dari-Nya yang diberikan kepada Nabi Adam as. “Tatkala Tuhanmu berkata kepada malaikat: ‘Sesungguhnya Aku akan menciptakan menusia dari tanah !, maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruhKu; maka hendaklah kamu tunduk bersujud kepadanya !”
-Qs. 38: 71-72
Kemudian, Isa Rasul Allah atau Isa utusan Allah, ya memang demikian adanya, sama seperti Muhammad pun utusan Allah, Musapun utusan Allah, Ibrahimpun utusan Allah dan itu sama sekali tidak merubah status mereka masing-masing sebagai utusan Tuhan.
Salamun ‘ala manittaba al
Huda.,